Angkatan dan Periodisasi Sastra Indonesia

ANGKATAN SASTRA INDONESIA
Yang dimaksud dengan angkatan adalah suatu usaha pengelompokan sastra dalam suatu masa tertentu. Pengelompokan berdasarkan ciri khas karya sastra yang dilahirkan pada masa itu juga berdasarkan keadaan masyarakat pada saat itu.

Sastra Indonesia dibagi menjadi 4 golongan besar, yaitu:

Angkatan ‘20-an | Angkatan Balai Pustaka (1920 – 1932)
Disebut angkatan ‘20-an sebab angkatan ini lahir pada tahun ’20-an. Roman yang pertama kali terbit pada tahun 1920 berjudul Azab dan Sengsara karya Merary Siregar.

Disebut angkatan Balai Pustaka karena penerbit yang paling banyak menerbitkan buku-buku sastra pada masa itu adalah Penerbit Balai Pustaka. Selain itu, Balai Pustaka juga banyak menerbitkan buku-buku sastra daerah yang tersebar di Indonesia.

Selain disebut Angkatan BP, angkatan ’20-an juga disebut Angkatan Sitti Nurbaya karena roman yang paling digemari dan laris oleh masyarakat ini adalah roman Sitti Nurbaya, karya Marah Rusli.

Balai Pustaka didirikan pada tahun 1917. Pemimpinnya adalah Dr. A. Rinkes dibantu oleh Dr. Hidding dan Dr. Drewes. Alasan utama pemerintah kolonial Belanda mendirikan BP adalah menjaga kelangsungan pemerintahan mereka sebab pada masa itu mulai banyak tersebar bacaan Eropa yang berisi tentang perjuangan bangsa Eropa dalam melawan pejajah. Itulah sebabnya buku-buku yang dianggap merugikan bagi pemerintah kolonial Belanda dibuang dan digantikan dengan buku-buku yang memihak Belanda.

Lahirnya BP menguntungkan bangsa Indonesia, diantaranya:
  • Minat baca bangsa Indonesia semakin meningkat.
  • Buku bacaan berbahasa Indonesia bertambah banyak.
  • Pengetahuan rakyat semakin meningkat.
  • Banyak cerita rakyat atau cerita lama yang diterbitkan sehingga cerita tersebut dapat dinikmati secara luas.
  • Para sastrawan Indonesia mendapat tempat untuk menerbitkan karya-karyanya.
  • Rakyat Indonesia banyak mengetahui karya bangsa asing karena banyak yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh BP.
  • Nama-nama sastrawan besar semakin banyak dikenali dalam masyarakat luas.
  • Bahasa Indonesia semakin tersebar luas karena buku-buku yang diterbitkan oleh BP banyak yang berbahasa Indonesia.

Beberapa pengarang yang terkenal pada masa BP:
  • Marah Rusli
  • Abdul Muis
  • Merary Siregar
  • Amir Hamzah
  • M. Kasim
  • Moh. Yamin
  • Nur Sutan Iskandar
  • Rustam Efendi
  • Nursinah
  • Abas Datak Pamoengtjak
  • Adinegoro / Djamaloedin
  • Abdul Ager
  • Tulis Sutan Sati
  • H. M. Zaenuddin
  • Sutan Takdir Alisyahbanana
  • Sanusi Pane

Beberapa karya sastra angkatan BP:
  • Azab dan Sengsara
  • Sitti Nurbaya
  • Muda Teruna
  • Cerita Si Jamin dan Si Johan
  • Tanah Air
  • Indonesia Tumpah Darahku
  • Bebasari
  • Percikan Perenunggan
  • Darah Muda
  • Asmara Djaja
  • Karang dalam Gelombang Percintaan
  • Pertemuan
  • Salah Pilih
  • Cinta yang Membawa Maut
  • Jeumpa Aceh
  • Tak Disangka
  • Tak Putus Dirundung Malang
  • Salah Asuhan
  • Pancaran Cinta
  • Puspa Mega
  • Madah Kelana
  • Airlangga
  • Kertajaya
  • Sandyakala Ning Majapahit

Angkatan ’30-an | Angkatan Pujangga Baru (PB) (1933 – 1942)
Nama Angkatan Pujangga Baru diambil dari pujangga sastra yang terbit pada tahun 1933, yang berjudul Poedjangga Baroe. Pada saat itu, peran majalah Poedjangga Baroe sangat besar dalam memperkenalkan para pengarang maupun karya sastra pada masyarakat Indonesia. Karya sastra yang banyak dipublikasikan adalah berbentuk sajak atau puisi, cerpen, novel, roman, ataupun drama pendek yang diterbitkan secara bertahap. Majalah Poedjangga Baroe dipimpin oleh Empat Serangkai: Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, Sanusi Pane, dan Armin Pane.

Karya sastra yang lahir pada angkatan ini berbeda dengan karya sastra angkatan sebelumnya, sebab para pengarang pada masa ini memunyai pandangan tertentu tentang kesenian, kebudayaan, serta tentang sastrawan. Karya sastra mereka mulai memancarkan jiwa yang dinamis, individualistis, dan tidak terikat dengan tradisi. Itulah sebabnya para angkatan sastrawan ini bersemboyan “Seni untuk masyarakat” atau “Seni haruslah berorientasi untuk kepentingan masyarakat”.

Beberapa pengarang yang produktif pada masa itu antara lain:
  • Sutan Takdir Alisyahbana
  • Sanusi Pane
  • Armin Pane
  • Amir Hamzah
  • Asmara Hadi
  • Imam Supardi
  • Tatengkeng
  • A. O. H. Kertahadimadja
  • Or. Mandam
  • Sutan Syahrir
  • Selasik
  • I Gusti Nyoman Panjitisna
  • Hamka
  • Adinegoro

Beberapa karya sastra angkatan PB:
  • Layar Terkembang
  • Anak Perawan di Sarang Penyamun
  • Tebaran Mega
  • Puisi Lama
  • Belenggu
  • Jiwa Berjiwa
  • Nyanyi Sunyi
  • Buah Rindu
  • Setangi Timur
  • Sastra Melayu Lama dengan Tokoh-Tokohnya
  • Rindu Dendam
  • Puspa Aneka
  • Tuba Dibalas dengan Susu
  • Hulu Balang Raja
  • Katak Hendaknya di Lembung
  • Kalau Tak Untung
  • Pencuri Anak Perawan
  • Sukreni Gadis Bali
  • Si Cebol Merindukan Bulan
  • Ken Arok dan Ken Dedes
  • Di Bawah Lindungan Ka’bah
  • Tenggelamnya Kapalnya Van der Wijk
  • Andang Taruna
  • Cincin Stempel
  • Tebusan Darah

Angkatan ‘45
Angkatan ’45 disebut juga angkatan Chairil Anwar karena perjuangannya sangat besar pada angkatan ’45. Dia pula yang dianggap sebagai pelopor angkatan ’45. Angkatan ’45 disebut juga angkatan kemerdekaan sebab dilahirkan pada saat diproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Ada beberapa sebutan untuk angkatan ’45:
  • Angkatan Pembebasan
  • Angkatan Sesudah Perang
  • Angkatan Sesudah Pujangga Baru
  • Angkatan Gelanggang
  • Angkatan Perang

Karya yang lahir pada angkatan ini sangat berbeda dari angkatan sebelumnya. Ciri-ciri angkatan ’45:

Bebas
Tidak terpungkung dengan aturan sastra tertentu dan tidak terikat dengan adat istiadat.

Individualistis
Karya-karya yang lahir merupakan isi perasaan pikiran serta sikap pribadi penulis atau pengarangnya.

Universal
Karya sastra yang berasal dari Indonesia yang membawa kebudayaannya di tengah kebudayaan dunia.

Realistik
Mengungkapkan sesuatu yang telah biasa dilihat atau ditemukan dalam kehidupan sehari-hari

Futuristik
Banyak karya yang berorientasi ke masa depan.

Sikap hidup dan sikap dalam mengarang para pengarang dan sastrawan angkatan ’45 sangat tegas. Mereka mengumumkan sikap hidup tersebut melalui Majalah Siasat dalam rubrik Gelanggang. Sikap tersebut diberi nama “Surat Kepercayaan Gelanggang”.

Selain Chairil Anwar, masih banyak pengarang lainnya, diantaranya:
  • Idrus
  • Rivai Avin
  • H. B. Jassin
  • Mochtar Lubis
  • Usmar Ismail
  • Rosihan Anwar
  • Achidat K. Mihardja

Beberapa karya sastra angkatan ’45:
  • Deru Campur Debu
  • Surat Kertas Hijau
  • Bunga Rumah Makan
  • Sedih dan Gembira
  • Surat Singkat Tentang Essai
  • Kesusastraan Undonesian Modern dalam Kritik dan Essai
  • Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
  • Atheis
  • Chairil Anwar Pelopor Angkatan ‘45

Angkatan ‘66
Nama angkatan ’66 dikemukakan oleh H. B. Jassin oleh bukunya yang berjudul Angkatan ’66. Nama itu disberikan H. B. Jassin untuk menamakan suatu kelompok sastra setelah angkatan ’45. Karya sastra yang lahir pada angkatan ’66 banyak berbau protes terhadap keadaan yang kacau pada masa itu.

Menurut H. B. Jassin, pelopor angkatan ’66 antara lain:
  • Taufik Ismail
  • W. S. Rendra
  • Gunawan Muhammad
  • Supandi Joko Darmono
  • Satya Graha Hurip
  • Bokor Huta Suhud
  • Bambang Sularto
  • Bastari Asmin
  • Djamil Suherman
  • Arif Budiman
  • Hartojo Andang Jaya
  • Isma Sawitri
  • Jussach Ananda
  • Suwardi Idris
  • Mansyur Samin

Beberapa karya sastra angkatan ’66:
  • Tirani
  • Pahlawan Tak Dikenal
  • Balada Orang-Orang Tercinta
  • Malam Jahana
  • Kapai-Kapai
  • Perjalanan Pengantin
  • Pagar Kawat Berduri
  • Pelabuhan Hati

PERIODISASI SASTRA INDONESIA
Dalam sastra Indonesia, di samping kita mengenak angkatan sastrawan, kita juga mengenal periodisasi sastra, yaitu pengelompokan babak sejarah sastra Indonesia. Periodisasi ini berdasarkan beberapa hal:
  • Bahasa yang digunakan.
  • Tema-tema yang termuat dalam karya sastra yang lahir pada suatu masa atau zaman tertentu.
  • Bentuk sastra yang muncul pada saat tertentu dalam kurun waktu tertentu.
  • Pengarangnya, baik bentuk, karakter, ataupun pengarangnya sendiri.
  • Keadaan masyarakat pada suatu masa tertentu.

Persuasi

PENGERTIAN
Karangan untuk memengaruhi pembaca agar berbuat sesuatu. Dalam persuasi, pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis.

CIRI-CIRI
  • Berasal dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat dibuah.
  • Harus dapat menimbulkan kepercayaan pembaca.
  • Dapat menciptakan kesepakatan.
  • Kepercayaan penulis dengan pembaca.
  • Menghindari konflik.
  • Memerlukan data dan fakta.

TUJUAN
Agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan tersebut benar dan terbukti dan dapat dilaksanakan sesuai ajakan penulis.

Eksposisi dan Argumentasi

EKSPOSISI
Pengertian
Penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan pembaca untuk memperjelas uraian dapat dilengkapi dengan grafik, gambar, atau statistik. Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian disebut paparan proses. 
Ciri-Ciri
  • Memaparkan definisi (pengertian).
  • Memaparkan langkah-langkah atau cara melaksanakan suatu kegiatan.

Tujuan
Salah satu wacana atau karangan yang bermaksud menjelaskan, mengembangkan, atau menerangkan suatu gagasan tanpa memengaruhi sikap pembaca. 

ARGUMENTASI
Pengertian
Paragraf yang bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi, pengarang mengharapkan kebenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut. 
Ciri-Ciri
  • Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.
  • Mengumpulkan data dari berbagai sumber.
Tujuan
Memengaruhi pembaca untuk membenarkan pernyataan pendapat atau sikap yang diajukan.

Persamaan Eksposisi dan Argumentasi
  • Menjelaskan pendapat dan keyakinan penulis.
  • Memerlukan fakta yang diperkuat atau diperjelas angka, peta, statistik, grafik, gambar, dll.
  • Memerlukan analisis dan sintesis pada waktu membahas masalah.
  • Menggali sumber ide pada waktu membahasnya.
  • Menggali sumber ide melalui pengalaman, penganutan, penelitian, sikap, dan keyakinan.
  • Daya khayal tidak digunakan.

PERBEDAAN EKSPOSISI DAN ARGUMENTASI
Eksposisi
  • Menjelaskan dan menerangkan sehingga pembaca memperoleh informasi sejelas-jelasnya.
  • Grafik, statistik, data lainnya untuk menjelaskan.
  • Pendahuluan pada eksposisi memperkenalkan topik yang bertujuan memaparkan.
  • Penutup pada akhir eksposisi biasanya menegaskan lagi apa yang telah diuraikan sebelumnya.
Argumentasi
  • Memengaruhi pembaca sehingga pembaca akhirnya menyetujui bahwa pendapat, keyakinan, dan sikap penulis benar.
  • Grafik, statistik, data lainnya untuk meyakinkan.
  • Pendahuluan berisi latar belakang dan sejarah persoalan sistematika yang digunakan, pengertian persoalan, serta tujuan berargumen.
  • Akhir argumentasi biasanya menyimpulkan apa yang telah diuraikan sebelumnya.

Norma Sosial

PENGERTIAN
Norma adalah ukuran yang digunakan oleh masyarakat untuk mengukur apakah tindakan yang dilakukan merupakan tindakan yang wajar dan dapat diterima atau sebaliknya.

SYARAT-SYARAT NORMA SOSIAL
  • Harus melembaga pada diri warga masyarakat.
  • Diketahui oleh masyarakat.
  • Dipahami dan dimengerti oleh masyarakat.
  • Dihargai oleh masyarakat.
  • Ditaati dan dilaksanakan oleh masyarakat.  

CIRI-CIRI NORMA SOSIAL
  • Umumnya tidak tertulis.
  • Hasil dari kesepakatan masyarakat.
  • Warga masyarakat sangat mendukung dan menaatinya.
  • Pelanggar norma akan mendapat sanksi.
  • Kadang-kadang bisa menyesuaikan terhadap perubahan sosial sehingga norma sosial bisa mengalami perubahan.

FUNGSI NORMA SOSIAL
  • Mengatur kehidupan bersama agar tertib dan teratur.
  • Alat pengendali sosial yang efektif.
  • Menjaga kelestarian nilai-nilai dalam masyarakat.
  • Sebagai tolok ukur terhadap perbuatan.

SIFAT NORMA SOSIAL
Formal
Bersumber dari lembaga masyarakat (institusi) formal atau resmi. 
Non Formal
Umumnya tidak tertulis dan jumlahnya lebih banyak dibanding norma yang bersifat formal/resmi.


TINGKATAN NORMA
Cara (Usage)
Norma yang merujuk kepada satu bentuk perbuatan dengan sanksi yang sangat ringan bagi pelanggarnya. 
Kebiasaan (Folkways)
Cara bertindak yang digemari masyarakat sehingga dilakukan berulang-ulang.
Tata Kelakuan (Mores)
Norma yang bersumber kepada filsafat, ajaran agama, atau ideologi yang dianut masyarakat. 
Adat Istiadat (Custom)
Norma yang tidak tertulis, tetapi sangat kuat mengikat sehingga anggota masyarakat yang melanggar akan mendapat sanksi tegas.
Hukum (Laws)
Norma yang bersifat formal dan berupa aturan tertulis. Sanksinya paling tegas dibanding yang lain.


MACAM-MACAM NORMA SOSIAL
Norma Agama
Norma yang berdasarkan ajaran atau kaidah suatu agama. 
Norma Kesusilaan
Norma yang didasarkan pada hati nurani atau akhlak manusia.
Norma Kesopanan
Norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku di dalam masyarakat. 
Norma Kebiasaan (Habit)
Hasil dari melakukan perbuatan yang sama secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. 
Norma Hukum
Himpunan petunjuk atau perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara).

Macam-Macam Nilai Sosial

MENURUT NOTONEGORO
Nilai Material
Segala sesuatu yang berguna bagi unsur fisik manusia. 
Nilai Vital
Segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan kegiatan dan aktivitas. 
Nilai Kerohanian
Segala sesuatu yang berguna bagi batin (rohani) manusia. Macam-macam nilai kerohanian:
Nilai Kebenaran
Bersumber pada akal manusia. 
Nilai Keindahan
Bersumber pada rasa keindahan (nilai estetika). 
Nilai Kebaikan / Nilai Moral
Bersumber pada kodrat manusia / menurut suara hati manusia. 
Nilai Religius
Bersumber pada ajaran Tuhan.


MENURUT CIRINYA
Nilai Dominan
Nilai yang dianggap lebih penting dibandingan nilai lainnya. Ukuran dominan atau tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut:
  • Banyaknya penganut nilai tersebut.
  • Lamanya nilai tersebut digunakan atau tidak.
  • Tinggi rendahnya usaha pemberlakuan nilai tersebut.
  • Prestise / kebanggaan penganut nilai tersebut di masyarakat.

Nilai yang Mendarah Daging
Nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga seseorang menjalankannya secara tak sadar.


MENURUT SIFATNYA
Nilai Subjektif
Nilai suatu objek yang bergantung pada subjek yang menilainya. 
Nilai Objektif
Nilai suatu objek yang melekat pada objeknya dan tidak bergantung pada subjek yang menilai (bersifat universal).


MENURUT BIDANG PENERAPANNYA
Nilai Sosial
Nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat, toleransi, solidaritas, musyawarah, dll. 
Nilai Kesusilaan
Nilai yang berkaitan dengan sopan santun dalam berbagai aktivitas masyarakat. 
Nilai Seni
Segala sesuatu yang dapat menimbulkan keindahan dan kekaguman. 
Nilai Religius
Nilai yang bersumber pada ajaran agama. 
Nilai Ekonomi
Sesuatu yang dapat memuaskan kebutuhan secara materiil atau berkaitan dengan proses produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa. 
Nilai Politik
Hal-hal yang berkaitan dengan kekhasan serta cara mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. 
Nilai Edukatif
Segala sesuatu yang berhubungan dengan proses penyelenggaraan pendidikan secara formal maupun non formal. 
Nilai Budaya
Segala sesuatu yang diciptakan manudia dan digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat.

Deskripsi

Deskripsi adalah tulisan yang berusaha memberikan perincian atau melukiskan dan mengemukakan objek yang sedang dibicarakan atau karangan jenis ini berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. Karangan deskripsi bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca, atau merasakan hal tersebut. Karangan ini melukiskan sesuatu menyatakan apa yang diindera, melukiskan perasaan dan perilaku jiwa dalam wujud kalimat.

Ciri-ciri karangan deskripsi:
  • Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
  • Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
  • Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
  • Hasil penyerapan panca indera.

Langkah-langkah menyusun karangan deskripsi:
  • Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan.
  • Tentukan tujuan.
  • Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang dideskripsikan.
  • Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik.
  • Menguraikan kerangka karangan menjadi deskripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan.

Pola pengembangan deskripsi:
Deskripsi Spasial
Menggambarkan objek khusus ruangan, benda atau tempat. 
Deskripsi Subjektif
Menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis. 
Deskripsi Objektif
Menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.

Macam-macam deskripsi:
Deskripsi Sugestif
Bertujuan membangkitkan daya khayal, kesan, atau sugesti tertentu seolah-olah pembaca melihat sendiri secara keseluruhan seperti yang dialami secara fisik oleh penulisnya. 
Deskripsi Teknis
Bertujuan memberikan identifikasi atau informasi objek sehingga pembaca dapat mengenal bila bertemu atau berhadapan dengan objek itu.

Mendefinisikan Sejarah

ESENSI DEFINISI SEJARAH
  • Peristiwa atau kejadian yang berupa pengalaman manusia.
  • Kehidupan manusia
  • Pada masa lampau, yaitu mulai dari detik yang lalu.

Dengan masa lampau, jumlah peristiwa yang terjadi sangat banyak. Tidak mungkin semua peristiwa yang telah terjadi dijadikan sejarah. Perlu diadakan seleksi atas peristiwa sejarah. Alat yang digunakan untuk menyeleksi peristiwa sejarah adalah kepentingan dan kebermaknaan bagi orang banyak.

UNSUR-UNSUR POKOK SEJARAH
  • Manusia
  • Ruang atau tempat
  • Waktu

SIFAT-SIFAT PERISTIWA SEJARAH
  • Unik, hanya terjadi sekali saja.
  • Abadi, peristiwa tidak berubah.
  • Penting, penentu jalan sejarah selanjutnya.

WAKTU - SEJARAH - PERUBAHAN - KEBUDAYAAN
Menurut Galbraith, jika waktu berhenti, sejarah juga berhenti, dan akhirnya kebudayaan pun akan berhenti.
  • Waktu, sebagai peristiwa atau kejadian sejarah.
  • Sejarah, terbentuk dari peristiwa tang terjadi.
  • Perubahan, setiap ada sejarah pasti akan ada perubahan sebagai akibatnya.

KONSEP-KONSEP SEJARAH
Sebab - Akibat
Tidak pernah akan ada akibat tanpa sebab. Sebab dan akibat dalam suatu peristiwa tidak pernah bersifat tunggal. 
Kontinuitas - Diskontinuitas
Suatu peristiwa bisa ditinjau dari aspek kontinuitas maupun diskontinuitas (kesinambungan dan ketidaksinambungan). 
Pengulangan
Pengulangan sebagai suatu peristiwa dalam sejarah tidak dikenal, tetapi hanya dikenal pengulangan makna. 
Kronik - Anakronisme
Sejarah disusun secara kronologis (kronik), dan yang tidak kronologis (anakronisme). 
Perubahan - Perkembangan
Perubahan dan perkembangan sama-sama memiliki gerak atau dinamika. Sedangkan perbedaan perubahan dan perkembangan yaitu:
  • Perubahan bisa dari faktor intern dan ekstern. Perkembangan hanya dari faktor intern saja.
  • Perubahan bisa positif dan negatif. Perkembangan berakibat positif.

SEJARAH SEBAGAI ILMU
  • Memiliki objek.
  • Sistematis.
  • Rasional - objektif.
  • Memiliki metode.

SEJARAH SEBAGAI PERISTIWA
  • Bersifat fakta.
  • Memenuhi tiga unsur utama sejarah.
  • Objektif.

SEJARAH SEBAGAI KISAH
  • Ada peristiwa di masa lampau yang dikisahkan kembali oleh orang pada zaman atau generasi berikutnya.
  • Bersifat argumentatif atau naratif.
  • Memenuhi tiga unsur utama sejarah.
  • Subjektif.

HISTORIOGRAFI
Historiografi adalah suatu cara atau bentuk penulisan sejarah. Macam-macam historiografi:
Istanasentris
Saat Indonesia di bawah kerajaan-kerajaan nasional, mulai abad ke-5 Masehi yang ditandai dengan berdirinya Kerajaan Kutai di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Pada zaman ini, seorang penulis historiografi disebut sebagai pujangga. Contoh: Mpu Tantular, Mpu Prapanca, Jayabaya, dan lain-lain. 
Politik
Sejak Indonesia dijajah bangsa asing dan sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945. 
Multidimensional
Multi-aspek dan multi-subjek. 

Persamaan historiografi istanasentris dengan politik dapat dilihat dari aspek yang dituliskan paling banyak berbau politik. Selain itu, subjek yang ditampilkan paling banyak kaum elite atau bangsawan. Sedangkan, perbedaan historiografi istanasentris dengan politik dapat dilihat dari isinya. Kalau istanasentris umumnya berisi seperti perluasan daerah kekuasaan kerajaan. Sedangkan politik umumnya berisi seperti perluasan daerah penjajahan, gubernur jenderal, dan lain-lain.

METODE DALAM SEJARAH
Metode Komparasi (Perbandingan)
Membandingkan dua atau lebih peristiwa sejarahnya. Bertujuan untuk menemukan hal-hal yang sama dan yang berbeda. 
Metode Tipologi
Menentukan umur relatif benda peninggalan sejarah dengan melihat bentuk atau tipe benda itu. Umumnya, benda yang sederhananya umurnya tua, sedangkan benda yang rumit/kompleks umurnya lebih muda. 
Metode Stratigrafi
Menentukan umur relatif benda peninggalan sejarah dengan melihat letak benda di dalam lapisan tanah. Benda yang di lapisan tanah bawah umumnya tua, benda yang di lapisan tanah atas umurnya lebih muda.