Paragraf adalah rangkaian kalimat yang disusun secara sistematis dan logis sehingga membentuk suatu pokok pembahasan.
Unsur-Unsur Paragraf
Paragraf dibentuk dari 1 gagasan utama dan beberapa gagasan penjelas.
Gagasan Utama
Gagasan yang menjadi dasar pengembangan paragraf. Gagasan utama berada pada kalimat topik (kalimat utama). Kalimat utama inilah yang menjadi tumpuan pengembangan paragraf. Suatu kalimat dikatakan sebagai kalimat utama apabila pernyataan di dalamnya merupakan rangkuman ataupun gagasan menyeluruh yang dapat mewakili pernyataan-pernyataan lain dalam paragraf itu. Ciri-ciri kalimat yang berisi gagasan utama ditandai antara lain dengan kata kunci seperti sebagai kesimpulan ... ; yang penting ... ; jadi, ... ; dengan demikian, ... ; intinya ... ; pada dasarnya ... ; dll.
Gagasan Penjelas
Gagasan yang perannya menjelaskan gagasan utama. Ciri-ciri kalimat penjelas umumnya berisikan:
- Contoh-contoh
- Peristiwa ilustratif
- Uraian-uraian kecil
- Kutipan-kutipan
- Gambaran yang bersifat parsial (menyeluruh)
Ciri-Ciri Paragraf yang Baik
Kohesif (Kepaduan Bentuk)
Suatu paragraf dikatakan kohesif apabila pada paragraf tersebut dioptimalkan pemakaian penanda hubungan antarkalimatnya. Adapun fungsi utamanya adalah memadukan hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat yang lainnya. Penanda hubungan antarkalimat mencakup 5 hal:
Hubungan Penunjukan
Ditandai oleh kata ini, itu, tadi, berikut, tersebut.
Hubungan Pergantian
Ditandai oleh kata saya, kami, kita, Anda, mereka, ia, engkau ; bentuk ini, itu dan sejenisnya dapat pula berfungsi sebagai penanda hubungan pergantian.
Hubungan Pelesapan (Penghilangan)
Ditandai oleh penggunaan kata sebagian, seluruhnya.
Hubungan Perangkaian
Ditandai oleh kata dan, lalu, kemudian, akan tetapi, sementara itu, selain itu, kecuali itu, jadi, akhirnya.
Hubungan Leksikal (Makna Kamus)
Ditandai dengan pemanfaatan pengulangan kata, sinonim dan hiponim.
Koherensif (Kepaduan Makna)
Suatu paragraf dikatakan koherensif apabila informasi yang terdapat pada kalimat yang satu berhubungan logis dengan kalimat lainnya. Sebuah paragraf tidak dapat dikatakan logis bila pada awal kalimat dibahas tentang bencana alam, tetapi dalam kalimat kedua dibahas hal lain, seperti tentang musim durian. Kelogisan pengembangan suatu paragraf ditandai oleh pemakaian ejaan, seperti titik, koma, dan tanda baca lainnya secara tepat. Kelogisan hubungan antara kalimat-kalimat tersebut ditandai oleh pertalian makna antarkalimat. Pertalian makna antarkalimat dalam paragraf mencakup 10 hal:
Pertalian Penjumlahan
Ditandai oleh penggunaan kata-kata di samping, selain itu, selain dari itu, kecuali itu, lagipula.
Pertalian Perurutan
Ditandai oleh penggunaan kata-kata lalu, kemudian.
Pertalian Pertentangan
Ditandai oleh penggunaan ungkapan sebaliknya, akan tetapi, namun, padahal, walaupun demikian.
Pertalian Lebih
Ditandai oleh penggunaan ungkapan masih, malahan, apalagi, bahkan, lebih-lebih.
Pertalian Sebab-Akibat
Ditandai oleh penggunaan ungkapan oleh karenanya, karena itu, oleh sebab itu, maka, akibatnya.
Pertalian Waktu
Ditandai oleh penggunaan ungkapan setelah itu, ketika itu, sebelum itu, sejak itu.
Pertalian Syarat
Ditandai oleh penggunaan ungkapan jika demikian, apabila demikian, apabila begitu.
Pertalian Cara
Ditandai oleh penggunaan ungkapan dengan demikian, dengan begitu, dengan cara begitu.
Pertalian Kegunaan
Ditandai oleh penggunaan ungkapan untuk itu.
Pertalian Penjelasan
Ditandai oleh penggunaan ungkapan misalnya, contohnya.
Ketepatan Pemilihan Kata
Pemilihan kata harus sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Misalnya, pemakaian kata "dia" tidak tepat digunakan untuk orang yang usianya lebih tua. Yang tepat adalah "beliau".
Jenis-Jenis Paragraf
Paragraf Deduktif
Paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf.
Paragraf Induktif
Paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraf.
Paragraf Campuran
Paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan di akhir paragraf.
Paragraf yang tidak Memiliki Kalimat Utama
Gagasan utama dalam paragraf semacam ini tersebar secara seimbang dan merata pada setiap kalimat. Contoh paragraf ini banyak terdapat pada karangan berbentuk naratif (cerita) atau deskriptis (gambaran/penjabaran).
Penyusunan Paragraf dalam Berbagai Pola Pengembangan
Paragraf Hubungan Perbandingan
Hubungan perbandingan dalam suatu bacaan ditunjukan oleh penyamaan/pembedaan antara dua orang, objek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu.
Paragraf Pola Analisis dan Pengklasifikasian
Pola analisis merupakan cara yang paling umum dalam penyusunan paragraf. Dalam kalimat pertama dikemukakan gagasan-gagasan utama. Kemudian pada kalimat berikutnya ditempatkan uraian-uraian yang bersifat khusus.
Paragraf Pola Sudut Pandang
Sudut pandang adalah tempat yang dijadikan seseorang pengarang untuk melihat sesuatu. Sudut pandang tidak diartikan sebagai penglihatan atas suatu benda dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas, tetapi tentang bagaimana cara melihat benda tersebut berdasarkan posisi tertentu.
Paragraf Pola Hubungan Sebab-Akibat
Penyusunan sebuah paragraf dapat dinyatakan dengan mempergunakan pola sebab-akibat. Dalam hal ini, sebab bertindak sebagai gagasan utama sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Namun demikian, susunan tersebut bisa juga dibalik. Akibat dijadikan gagasan utamanya, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat tersebut dikemukakan sebab sebagai perinciannya.